Serasa dunia ini runtuh, mata yang biasa tegar jadi berkaca, sesaat seketika dokter jaga BP4 menvonis sakit cyanotic pada TYAN. “Kelemahan otot atau kebocoran jantung bawaan” kata bu dokter jaga BP4. Aku yang sangat tegar dan iklas saja jadi menangis, apalagi TINA, dia langsung shock, down dan tak mampu terucap kata dan jadi pucat seketika.

Seluruh prosedur pemerikasaan BP4 kami ikuti, foto ronsen dan rekam jantung. Pertama TYAN nurut dan jadi anak hebat di ruang ronsen. Hasilnya kurang jelas bagi kita orang awam, toh tidak ada tanda bocor atau titik-titik mengarah ke hal itu. Saat diruang rekam jantung…ya ALLAH, aku tidak “tega” melihat seluruh tubuh TYAN di kabel-kabel. Meski awalnya diam toh TYAN meronta dan berontak sejadinya. Kata petugas operator rekam jantung “alatnya tidak bisa baca karena kurang sensitive sebab alat kami untuk merekan jantung dewasa, juga si pasien yang berontak” Kamipun pulang belum mengetahui hasil rekam jantung, namun membawa hasil foto ronsen dan memperoleh vitamin (sirup).

Seandainya anda mengalami ujian yang sama dengan kami, anak tercinta harus mengikuti prosedur rekam jantung. Vonis yang seperti final, bayangan beratnya kehidupan yang bakal dilakoni kelak. Sebagai orang tua, air mata akan turun, hati akan hancur. Ujian yang jauh lebih berat dari masalah pertikaian manapun atau patah hati sekalipun.  Astafirullah alazim …

Sesampai dirumah, TINA meluapkan emosi dengan menangis tanpa mampu mengontrolnya. Apa yang selama ini ditakutkan TINA “dibelalakkan” oleh dokter jaga. Vonis yang membuat kami seakan ikut “tercekam rasa ngeri”. Mengatahui down syndrome kami…, saudara yang juga teman dekat dengan kepala BP4 seketika ikut meringankan beban dengan mencairkan suasana dan memberi solusi.

Bu NUR, menelpon TINA untuk menawari mengulang pemeriksaan dan berusaha mengedepankan rasa keibuan. Sosok keibuan yang berusaha melindungi benar kami rasakan, beliau menenangkan dan penuh ucap support pada TINA. Mau tidak mau kami harus melanjutlkan pemeriksaan ke Spesialis jantung. 3 rekomendasi dokter diberikan, semuanya praktek di RS Dr Kariadi. Ketiganya kami tidak mengenal baik wajah, bentuk tubuh dan karakter dokter.

Saya hanya mengajukan permohonan memilih dokter yang juga menerima prakter di rumah dengan alasan untuk terapi berjalan. Bu Nur melayani kami dengan sangat sabar, beliau sekali lagi membantu mencarikan dokter jantung yang juga buka praktek di rumah. Rekomendasi jatuh ke dokter AP berikut diberi nomer HP-nya. “kalau mu sedikit mahal, artinya pelayanannya lebih baik langsung saja ke PAVILIUN GARUDA” kata bu Nur.

Esoknya selepas menenangkan hati, saya menghubungi dokter untuk janjian pemeriksaan. Pak dokter mengiyakan permohonan kami perikas di Rs Kariadi sebelum jam 11.30. TYAN yang pulang sekolah jam 10.30 wib buru-buru kami jemput tanpa berganti seragam langsung menuju rumah sakit. Meski perjalanan terhalang macet di Simoplas dan sepanjang kalibanteng. Kami mampu sampai di RS sebelum jam 11 atau 10.55 wib.

Langsung menuju ke PAVILIUN GARUDA, sampai-sampai karena keburu kunci mobil tertinggal, di dalam mobil. Loket pendaftaran PAVILIUN GARUDA dengan ramah melayani kami, kami bilang ingin periksa Dr AP spesialis Jantung. Kmi disuruh menunggu klinik 10 (spesialis anak). 10 menit kami tidak dipanggil, saya tanya ke petugas pendaftaran. Mereka bilang sudah menghubungi tapi tidak aktif, “Mbak Dr AP spesialis Jantung juga di klinik 10…?” tanya saya. “bapak mau periksa jantung anak…? langsung ke gedung jantung sebelah selatan Bank Mandiri sebelum UGD” kata petugas mengulang. “Ya Allah kenapa tidak diberitahu dari tadi …?” kataku, langsung buru-buru mengajak TYAN ke gedung dimaksud.

Di gedung jantung kami langsung mendaftar meski sudah jam 11.40 wib atau melebihi waktu janjian dengan Dr AP. “HP tidak aktif, sudah saya kriim pesan biasanya beliau membalas” kata petugas jaga loket. Sebagai catatan bapak dokter terhomat juga jadi dokter di RS TLOGOREJO dan jam praktek 14.00 wib atau siang setelah selesai dari RS KARIADI.

Kami hanya disuruh menunggu tanpa jelas keberadaan Dr AP. Hingga jam 12.30 tak kunjung kelihatan dan ada respon telepon, TINA sudah tidak sabar lagi untuk buru-buru ke RS TLOGOREJO. Sementara kunci mobil yang terkunci didalam kontak mobil berhasil saya ambil dibantu salah seorang supir Bank Mandiri. Kami sudah mau beranjak pulang dan menuju ke RS TLOGOREJO namun petugas kembali mengulur dan berkata “Sudah pak ….., Dr AP, masih di sini, mobilnya juga masih ada”

Nyatanya sampai jam 13.15 Dr AP tidak juga terlihat, saya sudah telepon RS TLOGOREJO untuk ambil antrian periksa. Lima belas menit kemudian baru Dr AP dating sedikit tergesa, ternyata berambut sedikit keriting, berlogat sunda. Dari kursi tunggu saya lihat dokter dengan raut yang tak sedap. “Mana-mana pasiennya” kudengar jelas berjarak 3 meter.

Lalu kami masuk ke ruang periksa, TYAN yang terlelap akhirnya terbangun dengan sedikit paksaan timbang badan dan periksa stetoskop. Perlakuan Dr AP kurang mencerminkan seorang dokter spesialis, kasar, tidak sabar dan jelsa sedang memendam masalah diluar. Pemeriksaan tersingkat yang pernah saya terima !. Tanpa banyak komentar dan sedikt Tanya jawab serta pendalaman masalah.

“Anda PNS..?” Tanya dokter. “Swasta pak” jawab saya. “Oh…(sambil berwajah kecut) tidak begini…, pemeriksaan ini tuh butuh banyak uang, tidak murah !” “Jelas Jantung anaknya PARAH !, nanti kalau operasi tidak sedikit uangnya” kata dokter. “Ya pak saya sudah tahu dan insya allah saya usahakan“ jawabku. “Sudah besok datang lagi kesini jam 08.00 wib tepat, jangan meleset, periksa ECO” “sekarangkan siang yang antri panjanggggg” alasan dokter, lalu saya coba meluruskan “Lho dok tadi saya datang jam 11 kurang seperti janji dokter sebelum jam 11.30, tapi dokter tidak bisa dihubungi !” belaku. “Sudah sudah, periksanya cukup, dilanjut besok ya” kata dokter sambil tergesa keluar ruang mungkin buru-buru menuju ke RS TLOGOREJO.

Setelah membayar administrasi periksa yang sebenarnya tidak jelas dilakukan pemeriksaan, yaitu sebesar Rp. 25.000. TINA tampak lemas dan pucat duduk dikursi tunggu sambil menggendong TYAN. Hati kami sudah sangat mencekam dan tak terluncur kata-kata. Aku tahu perasaan TINA hancur hingga dimulutnya sedikit berucap “Kakiku sakit, tidak bisa jalan”

TYAN kugendong sambil menunggu beberapa menit berlalu …. TINA bisa bangkit dan berjalan sedikti tertatih satu langkah dibelakangku. TYAN tidak mau pulang lalu kami mengajaknya makan tujuannya ke SOTO AYAM pak RAAN di samping SMU KSATRIAN – PAMULARSIH. Namun TYAN tetap tidak mau turun dari mobil dan meminta ke KFC. “Okelah kalau begitu…” jawabku merespon permintaan TYAN untuk menenangkan trauma di rumah sakit. Setidaknya pergi hari itu menyisakan kebahagiaan di ingatan TYAN.

TINA tidak mau makan sementara TYAN cukup lumayan menghabiskan porsi menu CHAKI. Kurasa TINA sudah cukup tenang dan tidak emosi, akupun enggan membahas di meja makan KFC tentang kesimpulan sementara dokter. Aku berusaha keras melepaskan beban, TINA memang tampak tak mampu membuang galau jauh. Meski TYAN membuat lumer suasana, toh TINA lebih dingin dan hanya aku dan TYAN tertawa lepas.

Kembali kerumah, kembali didalam mobil kami bertiga hanya terdiam sampai menuju ke Ngaliyan. Pulang ke rumah …sudah disambut bu PENI yang ada didepan rumah (pinggir jalan). TINA yang akrab dengan bu PENI langsung menumpahkan segenap emosinya…menagis sejadinya sambil menggendong TYAN. Seketika TYAN kuminta meski tidak mau lepas dengan mamanya….”kamu jangan lagi-lagi tunjukkan kelemahan didepan anak !” perintahku sedikit marah ke TINA.

Bu PENI merangkul TINA dan nampak berupaya keras menenangkan TINA yang sejadi-jadinya mengeluarkan beban. Sementara suaminya atau Pak YUL juga datang memberi support dan berucap istifar “Istifar, tenang iklas dan jalani…ini ujian yang berat, tangisan mbak TINA jangan sampai membebani anak”.

TYAN yang turut menangis kubawa keliling komplek perumahan dan melihat ternak kelinci milik pak Agus. Heboh luar biasa dikanan-kiri rumah….sampai bapak dan ibu turut menghampiri TINA. “Uwes-uwes …. Mbok tangisono yo ora nyelesekke masalah (sudah-sudah…kamu nangis terus ya tidak menyelesaikan masalah)” bapak “Wong bocahmu kuwi polahe yo okeh…..wong rak iso anteng, analisa dokter iso wae ngawor ! (Lihat anakmu tingkahnya banyak…anak tidak bias diam, analisa dokter bisa juga salah” lanjut bapak. “Nek ora gowo neng pak Mukri – Brangsong kono (Kalau tidak bawa ke pak Mukri – Brangsong Kendal / Kiayi pengobatan alamiah)” saran bapak.

Lalu saya dapat informasi lengkap tantang pak Mukri dari pak BADI. Pak BADI sendiri sudah cuci darah di rumah sakit, tetapi dengan menjalani terapi alternativ justru jauh lebih cepat pulih dan membaik. Eh.. ternyata Pak BADI cerita bahwa pak ARIS yang sudah divonis jantung bocor dan harus operasi pasang RING, nyatanya terapi dengan Haji MUKRI, kebocorannya sudah menutup normal. Aku pikir, pak MUKRI luar biasa hebat. Satu dari manusia pilihan yang memiliki kelebihan ilmu pengobatan dan bersedia mengamalkannya untuk menolong kesesama.

Sabtu kami meluncur ke desa Brangsong Kendal naik sepeda motor sedangkan mobil perlu ditarik ke bengkel. Bayangan saya tidak meleset (dekat) selepas arteri Kendal, langsung masuk desa Brangsong. Gang didepan kantor pos Brangsong itu jalan menuju rumah pak haji Mukri. Tanpa banyak tanya, kami mudah menemukan rumahnya.”Oh situ dek dekat mushola” jawab seorang penduduk di gang menuju rumah haji Mukri. 

Alhamdulillah hari itu tidak banyak yang datang, meski pak Mukri sudah akan pergi dijemput salah seorang pasien. Pak Mukri luar biasa. tenang, kalem, santun dan begitu terkenal namun tidak sombong. Sosok seorang kiyai asli jawa, ilmunya tinggi dan tetap rendah hati. “Saya ini tidak tahu segala macam penyakit dan pengobatannya” pak Mukri membalas keluhan kami dengan lembut dan merendah. “Tapi kok ya banyak orang Semarang, Jogja, sampai Jakarta pada kesini cocok” terus pak Mukri.

Langsung  berkasi pak Mukri melakukan sentuhan ringan, memijit dan tidak keras. TYAN menikmati pijatan sambil makan banyak jajan yang disediakan pak MUKRI. Wajah TYAN enjoy, benar-benar menemukan sosok Eyang (keluarga dekat) pada diri pak MUKRI. Pak Mukri memberi gambaran kenyataan dengan lebih tenang dan berupaya menghibur. “memang ada luka, tapi Insya Allah dengan ijin Allah..pelan-pelan akan kembali normal otot jantungnya” kata pak Mukri. 

Ya ALLAH hati kami langsung cocok, terkoneksi baik dan ada keajaiban Tuhan untuk TYAN, melalui perantaraan pak Mukri. Kami memperoleh resep (lebih cocok catatan obat herbal - alami). Kamipun pulang dengan wajah-wajah jauh lebih fresh. Meski demikian masih perlu terapi berjalan untuk mengembalikan seperti semula kondisi TYAN. TINA ber IKHTIAR jika terkabarkan berita baik maka akan bersyukur membagi makanan dengan seluruh teman-teman TYAN di TK ISLAM PERMATA HATI.


Amin, amin ya roballalamin   


Pesan penulis :
Renungkan kembali apakah Ilmu yang kita miliki telah diamalkan untuk daya guna maksimal...?